Cerita Perjalanan: Dari Napu, Kami Menyeberang Ke Danau Lindu [Chapter 1]


“I love the sound of the trees in the breeze. If the forest is so clearly musical, why can’t it play the guitar while I sing Nirvana covers?” 
-  Jarod Kint -





[24.05.2013]

"Dikala kami sedang (pura-pura) bermadu kasih, kenyataannya kami harus berpisah sementara. Meninggalkan Eja di Kotis, aku harus tersenyum sambil melambaikan tangan diatas mobil yang membawaku ke BBTNLL (Taman Nasional Lore Lindu). Seiring ia menghilang di kejauhan, senyum ini makin melebar. Tinggal lah engkau sementara disana, aku akan membuat petualanganku sendiri. "

Cukup dengan paragraf puitisnya. Intinya, hari ini aku harus berpisah sementara dengan Eja karena harus kembali melakukan penelitian di tengah hutan. Sesampainya kami di kantor BBTNLL, kami langsung bersantap siang. "mangande tibo.." ujar Mas Donni Heru, salah satu anggota tim TNLL. Kami beruntung karena semua biaya penelitian ini ditanggung oleh balai, karena selera makan orang dinas benar-benar tinggi.



Usai sholat jumat, kami bergegas menaiki Ranger yang sedari pagi sudah terpanasi. Wuasa sudah lama menanti. Setelah hampir 6 jam perjalanan, kami disambut dataran tinggi berkabut yang banyak ditumbuhi Begonia. Sunyi, tiada gedung tinggi yang melebihi dua kali tinggi orang dewasa. Rumah tinggal dan bangunan adat berjajar rapi berpagar kayu hutan belakang rumah. Rumah ibadah berdiri indah dengan hiasan bunga. "  e, komiu dari balai to? cepat pigi pondok petugas. Sudah lama dorang ba tunggu... " kata seorang yang bertemu kami di pasar. " Untung kita masih ketemu orang Kaili," Ujar Mas Donni yang bisa tahu dari dialek orang tadi.


masyarakat Napu memiliki dialek tersendiri. Hampir mirip dengan bahasa Kaili, tapi bahasa Napu sedikit lebih rumit. Tapi bagi kami, sedikit ini bisa menjadi masalah jika terjadi miskomunikasi.


Comments