Cerita Perjalanan: Dari Napu, Kami Menyeberang Ke Danau Lindu [Chapter 4]

" The journey of a thousand miles begins with a single step" - Lao Tzu"

[27.05.2013]

Apakah kamu pernah berfikir, "pertama kali" selalu menjadi yang terberat? Lalu membesarkan hati dengan berkata "seiring berjalannya waktu, akan terbiasa. It's okay". Well, mungkin itu berlaku untuk beberapa masalah seperti dalam dunia kerja, sekolah, olahraga, atau adaptasi di lingkungan baru. Tapi sepertinya tidak dalam perjalanan ini.

Hal yang lebih tidak menyenangkan dari menaiki aliran sungai adalah, menuruninya. Dalam hal ini kau akan menjadi ahli bahasa dalam mengumpat. Berteriak atau dalam batin. Kesal atau menertawakan diri. Bercanda atau terbawa emosi. Mulai dari bahasa asing, Indonesia, jawa hingga Kaili. Terima saja. Kau tak se-suci itu untuk tidak menyebut mantra, mencerca.




Orang selalu berkata bahwa kau akan mendapat nilai dari proses. Mendapat pelajaran dari perjalanan. Dan bagiku, mendapat bekas luka sebagai souvenir yang diberikan oleh tempat ini. Tidak pernah aku sesenang ini, melihat celana ku robek terkoyak duri Calameae. Kebanyakan orang hanya tau nyamannya duduk di kursi Rotan, tanpa tau betapa jahat ia dengan duri-duri nya. Tidak pernah aku segembira ini menertawakan luka yang tergurat di kaki ku karena terperosok jatuh dalam lembahan. Dan tak pernah aku se-paraniod ini melihat Hirudinea merambati leher rekan jalan dihadapanmu. Seperti vampir, merambat bersiap menghisap darah.

Para porter menyemangati kami. Menganalogikan kami sebagai suku Pekurehua yang melintasi jalur panjang ini untuk berlindung jauh di dalam hutan. Menurut legenda, mereka kalah perang.


Porter, begitu mereka ingin dipanggil, karena lebih gagah di telinga daripada kuli panggul. Tapi bagi kami, mereka adalah Aragorn dengan pasukan hantunya dan Legolas Greenleaf sang pemegang kunci hutan. Every person has their own part in every journey. Dalam tempat tanpa nama, dalam titik koordinat peta ini, mereka keluarga kami.

Comments