Cerita Perjalanan: Dari Napu, Kami Menyeberang Ke Danau Lindu [Chapter 3]

"Only with a leaf

can I talk of the forest,” 


[26.05.2013]

Selamat pagi hutan. Selamat pagi hujan.
Hari ketiga, kami sudah berada di dunia yang berbeda. "Aku Alice, dan Wonderland-nya." gumam dalam hati. 
Burung ini tidak bersenandung, tapi mereka bergosip. Seperti Ibu-ibu yang mengelilingi pedagang sayur. Ramai mereka berkicau sambil makan. Berlalu-lalang, satu hinggap di depan tendaku. Mungkin berfikir, apa yang dilakukan penjajah ini di bawah payung hijau sarangku?

Belum penuh nyawaku, menembus gerimis aku turun ke sungai kecil yang mengalir di tepi kumpulan tenda kami. Musik ini indah sekali. Ketika aliran kristal bening berjumpa dengan batu, mereka bertegur sapa. Dingin menyentuh raut muka. "Aahhh..... segarnya.. Mungkin air sungai di Surabaya dulu sedingin ini. Mungkin.


Perapian sudah menyala, sedari pagi asap kecil mengudara. Tangan-tangan sibuk itu meramu makanan untuk kami. Ada yang aneh dari orang-orang ini. Mereka menabur garam di perapian dan tutup kuali, menyebut doa dalam bahasa Pekurehua (Bahasa Napu). "Supaya nasi di kuali cukup, supaya dorang cepat kenyang," tersenyum Bang Ogo menjelaskan.

Percaya atau tidak, aku memasak di kuali untuk makan siang. Tanpa do'a, begitu saja. Alhasil aku harus memasak dua kali kuali untuk mencukupi perut 26 orang. Ah, memang aku bukan Tawalia (dukun) yang hanya dengan do'a bisa membuat kenyang perut pasukan hanya dengan setengah kuali nasi.



Hari ini kami belajar banyak hal. Diantaranya tentang teknologi, dimana dalam beberapa detik kau bisa menjadi sangat ahli dalam fotografi karena dipaksa cuaca. Dan bagaimanapun kau harus percaya pada kesaktian Tawalia meski kau punya segudang logika. Jangan memaksakan ideologi pada tempat dimana Kepala Suku duduk di langit, sedangkan presiden hanya menjaga sebagian kecil Bumi. 

Tempat dimana kearifan lokal adalah hukum. Tanpa sidang, Ibu akan menghukum siapa yang membuang cabai di aliran airnNya. TangisNya akan menenggelamkan desa. Dan hutan akan menyimpan-mu didalam tubuh jika kau berani membakar ikan laut dibawah payung teduhNya.

Comments